1. Pendahuluan
Kajian cara pemberian manitol untuk mencegah terjadinya trombophenitis.
2. Materi Kajian :
a.Trombophlebitis adalah inflamasi pada pembuluh vena.
b.Manitol :
-Indikasi : Menurunkan tekanan intrakranial yang tinggi karena edema
serebral, meningkatkan diuresis pada pencegahan dan/atau
pengobatan oliguria yang disebabkan gagal ginjal, menurunkan
tekanan intraokular, meningkatkan ekskresi urine senyawa toksik.
-Mekanisme : Meningkatkan tekanan osmosis dari filtrat glomerular yang
menginhibisi reabsorpsi tubular air elektrolit dan meningkatkan
output uriner.
-sifat : Serbuk kristal berwarna putih atau hampir putih, polimorfisa,
larut baik dalam air dan sangat sedikit larut dalam alkohol.
-Stabilitas : Simpan pada suhu kamar 15°-30°C, hindari penyimpanan beku,
kristalisasi dapat terjadi pada suhu rendah, jangan menggunakan
larutan yang sudah mengandung kristal, pemanasan dengan
menggunakan penangas air dan pengocokan keras dapat dilakukan
untuk melarutkan kembali, dinginkan larutan pada suhu kamar
sebelum digunakan.
-Sediaan : injeksi 5%, 10%, 15%, 20%, 25%.
-Peringatan : Jangan diberikan pada pasien sampai diketahui fungsi ginjal dan kecepatan aliran urin ; lakukan 2-3 uji dosis untuk mengetahui fungsi ginjal. Dapat menyebabkan disfungsi ginjal terutama pada penggunaan dosis tinggi, hati-hati pada pasien yang menggunakan obat nefrotoksik lain, dengan sepsis atau penyakit ginjal. Untuk mengurangi efek samping, sesuaikan dosis untuk mempertahankan osmolalitas serum lebih rendah dari 320 mOsm/L. Pada pasien tertentu, dapat terjadi kerusakan vena jika menggunakan manitol dengan konsentrasi tinggi (osmolalitas serum lebih dari 600 mOsm/L), sehingga perlu dilakukan penyesuaian dosis. Hentikan penggunaan jika terjadi nekrosis tubular akut. Pada pasien edema serebral, manitol dapat terakumulasi pada otak (menyebabkan kenaikan tekanan intrakranial kembali) jika digunakan pada waktu yang lama dengan infus kontinyu, pemberian bolus berkala lebih direkomendasikan. status kardiovaskular harus dimonitor, jangan memberikan larutan manitol bebas elektrolit dengan darah. Jika terjadi hipotensi, monitor perfusi serebral untuk memastikan kesesuaiannya.
-Manitol pada konsentrasi 15% atau lebih kemungkinan bisa terjadi kristalisasi ketika penyimpanan pada suhu yang rendah. Larutan mannitol yang mengandung kristal sebaiknya tidak digunakan. Trombophlebitis kemungkinan terjadi karena terbentuknya kristal pada larutan mannitol. Kristalisasi pada mannitol dapat ditangani dengan cara pemanasan dengan air panas pada suhu 70oC, dan dengan pengocokan yang kuat. Pemanasan larutan dengan menggunakan. Larutan dibiarkan dingin (sesuai dengan suhu tubuh) sebelum digunakan. Untuk sediaan dalam bentuk vial fliptop panaskan botol dalam air panas pada suhu 80oC dan digojok secara periodik. Untuk manitol 25% USP dapat di autoklav pada suhu 121oC selama 20 menit pada tekanan 15 psi. Pemanasan tidak boleh pada suhu yang terlalu tinggi.
-Penyimpanan sediaan harus diperhatikan untuk menghindari terjadinya kristalisasi, kondisi penyimpanan untuk sediaan manitol yaitu pada suhu 15° sampai 30°C (59° to 86°F) dan hindari dari pendinginan.
-Penggunaan manitol dengan konsentrasi lebih dari 20% sebaiknya menggunakan filter inline dengan ukuran 5 mikron.
3. Kesimpulan
Kejadian thrombophlebitis pada pemberian manitol kemungkinan karena penggunaan manitol dengan konsentrasi tinggi sehingga perlu dilakukan penyesuaian dosis dahulu sebelum digunakan. Selain itu, juga disebabkan karena kristalisasi larutan manitol sehingga harus ada perlakuan sebelum pemberian untuk melarutkan kembali kristal-kristal yang terbentuk.
4. Saran
Perlu dilakukan penyesuaian dosis serta kondisi dan suhu penyimpanan dari sediaan larutan manitol harus diperhatikan dan terkontrol.
Referensi :
1. Anderson, P.O., James E. Knoben., William G. Troutman., 2002, Handbook of Clinical Drug Data, 10¬¬¬th edition, McGraw-Hill Companies, North Amerika.
2.Anonim, 2007, Pelayanan Informasi Obat, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinis, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
3.Lacy, F.C., Lora L. Amstrong,., Morton P.Goldman., Leonardo L., 2006, Drug Information Handbook, 14th edition, Lexi-Comp, The America Pharmacist Association.
4.www.rxlist.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar